Sebuah sejarah baru tercipta di Politeknik Negeri Ambon, setelah sekian lama akhirnya seorang Guru Besar hadir menghiasi khasanah akademik di kampus Polnam. Prof. Dr. Dwi Hariyanti, S.E., M.M., Akt., CA., menjadi guru besar pertama di Politeknik Negeri Ambon sekaligus menjadi guru besar pertama di bidang ilmu Akuntansi pada Politeknik se-Indonesia.

Capaian guru besar Prof. Dwi tidak terlepas dari seluruh hasil kerja kerasnya selama menjadi Dosen yang dimulai dengan jabatan Asisten Ahli sejak tahun 2007. Perempuan kelahiran Blora, 4 Juli 1976 ini dikenal ulet dan pekerja keras serta memiliki motivasi tinggi dalam pengembangan ilmu yang digulutinya.

Hal itu pula yang diakui oleh Direktur Politeknik Negeri Ambon, Dady Mairuhu, dalam pidatonya saat pengukuhan Prof. Dwi sebagai guru besar di Polnam, Rabu (18/10/2023). “Ibu Dwi sangat aktif dalam melaksanakan tridharma perguruan tinggi terutama penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Saya perhatikan setiap tahun secara konsisten Ibu professor ini mendapatkan hibah baik untuk penelitian, pengabdian maupun hibah-hibah lainnya”.

Prof. Dwi Dalam pidato pengukuhannya, yang berjudul “Potret Dan Strategi Dalam Mengoptimalkan Audit Mutu Internal Perguruan Tinggi Di Wilayah Maluku”, menyentil tentang masih kurang optimalnya peran dan kinerja penjaminan mutu pada perguruan tinggi, sehingga mempengaruhi hasil audit ekternal.

Ia memaparkan,  dari 21 Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di wilayah Maluku sebanyak 52% (11 PTS) belum terakreditasi dan 48% (10 PTS) telah terakreditasi. Begitu pula dengan Program Studi (Prodi) PTS di Maluku, sebanyak 85% Program studi telah terakreditasi, 11 % kadulawarsa dan 4% belum terakreditasi.

Menurut Prof. Dwi, bersadarkan data yang ada dari 85% yang terakreditasi,  ternyata 53% (61 Prodi) mendapat nlai Baik/C, 32% (37 Prodi) mendapatkan nilai Baik Sekali/B,  sedangkan sisa 12 program studi dengan staus kedalurwarsa dan 5 tidak terakreditasi.

Ia menuturkan, jika kinerja penjaminan mutu baik dalam melakukan control dan tindak lanjut maka akan berdampak signifikan terhadap hasil audit eksternal (akreditasi) ataupun sebaliknya, dan lembaga/unit penjamianan mutu yang baik harus mendapat dukungan dari dari berbagai pihak termasuk auditornya (AMI).

Berdasarkan hasil potret tersebut di atas, menurut Prof. Dwi, faktor penyebab tidak optimalnya peran penjaminan mutu perguruan tinggi dipengaruhi oleh faktor ekternal. Sedangkan, faktor internal tidak mampu mempengaruhi kinerja penjaminan mutu. Faktor internal tidak akan mampu memberikan pengaruh, jika tidak didukung faktor ekternal dan lingkungan kerja yang baik. Adapun faktor ekternal yang mampu memberikan pengaruh yang besar adalah komitmen dan tanggung jawab pimpinan perguruan tinggi.

Oleh karena itu, dalam mengoptimalkan penjaminan mutu internal perguruan tinggi perlu membangun strategi tanggung jawab konkret dan simetris secara sinergi. Pimpinan/pemimpin pergururan tinggi secara konkret dalam bertindak dalam mengoptimalkan penjaminan mutu melalui dukungan regulasi, finansial dan sarpras. Dengan model tanggung jawab konkret dan simetris maka akan mampu membangun sumber daya manusia yang handal dengan demikian mampu menjalankan proses aktivitas PPEPP yang sempurna sehingga hasilnya mampu terukur terutama akreditasi mampu tercipta unggul.

(Humas)