Pendidikan Vokasi, Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) merupakan hal yang saling berkaitan dan berpengaruh kuat. Hal ini dikarenakan dunia pendidikan akan menghasilkan bibit-bibit kompeten yang dapat meningkatkan kualitas di dunia kerja nantinya dan berdampak kepada industri. Dalam kaitan dengan itu, salah satu praktisi di bidang Migas, Novendri Pasaribu memberikan kuliah umum bagi Mahasiswa program studi Teknik Produksi Migas dan Teknologi Rekayasa Sistem Mekanikal Migas Jurusan Teknik Mesin (JTM) Polnam, Senin (15/7/2024) di Audiotorium Polnam, sebagai bentuk pengenalan akan dunia industri migas.
Novendri Pasaribu selaku salah satu mechanical engineer dari North Oil Company (NOC) Qatar yang cukup berpengalaman di industri migas dalam pemaparannya tentang bagaimana lulusan dari Indonesia Timur dapat bersaing dalam level nasional dan global di industri minyak dan gas mengatakan, Indonesia Timur tidak hanya kaya dengan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati saja. Indonesia Timur menyimpan harta karun energi yang melimpah, salah satunya di Blok Masela.
“Potensi minyak dan gas bumi di Maluku dan Papua sangat besar. Potensi itu menyumbang target produksi minyak nasional sebesar satu juta barel per hari dan 12 miliar kaki kubik per hari pada tahun 2030”, tutur Pasaribu.
Menurutnya pada dasarnya, industri minyak dan gas bumi (migas) terbagi menjadi dua: operator dan eksekutor. Operator adalah perusahaan owner yang memiliki lahan, seperti Chevron dan Pertamina. Berbeda dengan kedua perusahaan tersebut, sedangkan eksekutor adalah service company yang berfungsi untuk mendukung owner mencapai tujuan mereka.
“Sebelum memutuskan berkarier di industri migas, mahasiswa perlu tahu jenis perusahaan yang diincar. Mahasiswa harus bisa membedakan antara owner company dan service company agar tidak salah ekspektasi. Tipsnya, perbanyak melakukan riset terhadap perusahaan atau posisi yang ingin dilamar, seperti jenis industri, beban pekerjaan, kualifikasi yang dicari, dan sebagainya. Selain membuka wawasan baru, hal tersebut juga membantu mahasiswa agar tidak salah langkah”, pungkasnya.
Direktur Politeknik Negeri Ambon saat membuka kuliah umum ini menyampaikan, Politeknik tanpa industri akan terasa pincang untuk menjalankan tugas dan fungsinya dalam melaksanakan pembelajaran bagi mahasiswa.
“Saat awal berdirinya program studi di bidang Migas yang dimulai dengan prodi Teknik Produksi Migas di tahun 2017, Politeknik Negeri Ambon bertanya darimana kita bisa mendapat SDM untuk mengajar dan darimana fasilitas yang ada untuk aktifitas perkuliahannya. Tetapi sampai saat ini ada pihak-pihak terkait dalam hal ini Pemerintah juga dunia industri yang telah membantu Polnam sehingga kekuatiran 8 tahun lalu telah teratasi,” ujar Direktur.
Menurut Direktur, mahasiswa Polnam memiliki pengetahun tentang Migas yang didapati saat berada di kelas. Tetapi jangan melupakan pengalaman-pengalaman dari praktisi yang sudah memiliki pengalaman di industri tersemasuk NOC Qatar. Direktur berharap kedepannya lulusan dari Indonesia Timur dapat bersaing dalam dunia industri migas baik di level nasional maupun global.
“Mahasiswa di Indonesia Timur harus didorong terus untuk bisa berkompetisi di industri migas”, tandas Direktur.
(Humas)
Leave A Comment
You must be logged in to post a comment.